Rabu, 13 Januari 2016

Ayo, Kenali Ciri-Ciri Awal Autis Pada Anak

Ayo, Kenali Ciri-Ciri Awal Autis Pada Anak

Ilustrasi. (asswat.be)


Autis berasal dari kata “Autos”  yang berarti sendiri. Yang berarti penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.

Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolaliamutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Definisi autis menurut Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) adalah sebuah gangguan atau hambatan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal serta pola interaksi sosial seseorang. Pada umumnya sudah terlihat jelas sebelum usia 3 tahun dan mempengaruhi kinerja anak. Karakteristik lain yang berkaitan dengan autis adalah adanya aktivitas yang berulang, respon statis terhadap perubahan lingkungan (kaku, tidak dinamis), dan merespon dengan respon tak lazim terhadap sensorik yang diterima. Anak dengan gangguan ini seharusnya mendapat penanganan yang tepat karena mereka mengalami gangguan emosi yang serius. Selain definisi yang dijelaskan IDEA tadi, autis juga memiliki karakteristik lain, yakni adaanya defisit kognitif atau penurunan kognisi.

Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.

Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.

Anak yang menderita autis bila tidak ditangani sedini mungkin maka ia akan semakin tertinggal dalam hal perkembangannya dengan anak-anak normal yang sebayanya, dan akan semakin termarginalkan dari orang-orang disekitarnya karena yang terjadi adalah, penyandang autis mengacuhkan suara, penglihatan, maupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial, baik pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak sebayanya dan sebagainya, bahkan apabila orang yang baru pertama kali bertemu dengan anak dengan gangguan ini, pasti mengira kalau anak ini menderita tunarungu.

Secara garis besar, autis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


  1. Impaired Social Interaction
Kebanyakan masalah interaksi sosial yang dialami individu autis penyerapan nilai-nilai lingkungan yang kian menurun dan respon sosial yang rendah. Orang tua yang memiliki anak autis biasanya sering menggunakan kata ‘jangan’ atau tidak dalam melarang anak mereka untuk mengambil sasuatu.
Anak autis yang berusia terlalu kecil biasanya menunjukkan respon yang berbeda terhadap orang tua, guru, atau teman bermain mereka. mereka mungkin tidak tersenyum saat bersama orang lain dilingkungan sosial mereka, atau bahkan ada yang tertawa terbahak pada suatu kondisi dimana tidak ada satu hal pun yang lucu. Pandangan mereka kesuatu hal yang signifikan beda dengan orang kebanyakan. Kadang-kadang mereka menghindari kontak mata dengan orang lain atau melihat kelain arah saat berinteraksi dengan orang lain. Mereka menunjukkan ketertarikan yang minim atau bahkan tidak sama sekali terhadap orang dan berkebalikan jika itu adalah benda. Mereka tidak bermain atau belajar seperti kebanyakan anak normal.

Anak autis mengalami gangguan hambatan komunikasi, mereka tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam tujuan dan kehidupan sosial. Sebanyak 50% dari anak autis ini menderita bisu, mereka tidak menggunakan bahasa dalam berinteraksi (Scheuermam & Webber, 2002) perkembangan bahasa mereka menunjukkan keabnormalan pada intonasi, nada, volume, dan konten dari bahasa. Bicara mereka terdengar seperti robot. Menggunakan bahasa sebagai alat untuk interaksi sosial sangat sulit dalam prakteknya bagi anak autis. Menggunakan bahasa akan semakin sulit karena biasanya mereka tidak peduli dengan reaksi pendengar mereka.

  • Communicative intent à membutuhkan komunikasi untuk alasan sosial: hal ini menjadi kekurangan bagi kebanyakan anak dengan autis.
  • Mute à sedikit melibatkan bahasa atau tidak sama sekali: merupakan karakteristik kebanyakan anak autis.

  1. Repetitive and Stereotyped Patterns of Behavior
Orang dengan autis mengalami perilaku stereotip, artinya mengulang-ulang, mempunyai rutinitas yang aneh dan terjadwal serta berlebihan, melakukan gerakan-gerakan yang aneh dan berulang, dan mereka menyukai bagian tertentu dari suatu objek. Bahkan mereka memiliki kesamaan dengan orang buta.

  • Stereotypic behaviors à adanya kegiatan yang berulang, terjadi pada orang dengan autis, buta, MR, atau psikotik.

  1. Impaired Cognition
Biasanya anak dengan autis mengalami penurunan kognitif yang sama dengan anak yang mengalami keterbatasan intelegensi. Ada beberapa masalah proses kognisi sehingga mereka dikira autis.
Anak dengan autis mengalami kesulitan dalam coding dan mengkategorikan informasi.sebagai contoh, seorang anak autis hanya akan mngingat suatu tempat dan suatu jalan ke supermarket untuk pergi belanja. Jika kelak mereka mendengar kata belanja, mereka akan membayangkan jalan dan tempat belanja yang telah terkonsep dan menganggap hanya itu satu-satunya tempat belanja, jika dibawa ketempat lainnya mereka akan bingung dan beranggapan bahwa itu bukanlah tempat berbelanja.
Orang dengan autis biasanya memiliki kemampuan diatas kebanyakan dalam beberapa hal tertentu, beberapa orang beranggapan bahwa mereka jenius. Individu dengan kondisi seperti ini disebut juga dengan orang dengan autistic savant.
Autistic savant adalah orang dengan autis yang perkembangan bahasa dan interaksi sosialnya terganggu namun memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu, misal dalam hitung-hitungan atau menggambar. Karena kemampuan mereka yang luar biasa, mereka diliput ke media.

  1. Abnormal Sensory Perception
Orang dengan autis terkadang sangat responsive dan terkadang sangat tidak responsive terhadap apa yang terjadi dengan lingkungan mereka. Sebagai contoh, seseorang dengan autis sensitivitas tinggi terhadap ransangan cahaya lampu akan sangat aneh merespon hal itu.
Bunda, mulai dari dini sebaiknya kita pahamkan ciri-ciri ini, agar segera kita bisa memahami anak kita sesuai dengan tahap perkembangannya. Tentunya tidak ada satu orang tua pun yang ingin anaknya lahir dengan keadaan yang tidak normal. Namun tidak ada salahnya kita mengetahui bagaimana ciri-ciri awalnya sebelum dilakukan analisa mendalam terhadap anak kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Konsep Dasar, Tujuan, dan Fungsi Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Dasar

Filsafat ilmu dalam konteks pendidikan dasar hadir sebagai upaya untuk menanamkan benih-benih berpikir kritis dan rasional sejak usia din...