Selasa, 12 Januari 2016

TRADISI PANJANG MULUD MASYARAKAT BANTEN

TRADISI  PANJANG MULUD MASYARAKAT BANTEN


Sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat Banten, khususnya di Serang, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW diselenggarakan Tradisi Panjang Mulud, atau diistilahkan juga dengan Ngeropok (ada juga dengan menyebut Ngegropok) Panjang Mulud. Tradisi ini berkembang dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, diselenggarakan oleh masyarakat Serang, baik di kampung-kampung, di perumahan secara sederhana, maupun menjadi even besar yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Arti dari Ngeropok atau Ngegropok sendiri secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "Ngeriung" (kumpul-kumpul), atau juga ada yang menerjemahkan sebagai ajang rebutan dari "Panjang Mulud" itu sendiri. Sedangkan "Panjang Mulud" diartikan sebagai bentuk semacam sesajian, dalam masyarakat Jawa dikenal juga dengan "Gunung-Gunungan". Panjang ini berisi berbagai macam makanan, sandang, atau berbagai benda lainnya. Panjang di bentuk seperti perahu, mobil, atau rumah, tetapi secara umum biasanya berbentuk perahu atau kapal, kemudian dihias, baik dari kertas warna, daun kelapa muda, atau kain-kain perca. Ciri khas dari isi Panjang adalah selalu ada telur rebus, kemudian dimasukkan ke dalam kantong terbuat dari kertas sebesar telur itu sendiri, kemudian digantung-gantungkan dalam rangkaian Panjang.
Panjang Mulud identik dengan menghias, mengemas, memberikan hadiah dan mengaraknya. Hadiah yang diperebutkan pun dibuat dengan berbagai macam bentuk yang disebut dengan istilah 'Panjang'. Ada yang berbentuk miniatur masjid -biasanya mengambil model Masjid Agung Banten Lama lengkap dengan menaranya- kapal laut, pesawat terbang, burung dan lain sebagainya.  Isi Panjang itu juga bisa bermacam-macam. Bisa berupa makanan, seperti telur ayam, atau bebek, daging ayam, ikan, dan lauk-pauk lainnya, tetapi bisa juga berupa pakaian, sajadah, sarung, kopiah, arloji, jam dinding, dan sebagainya. Di sela-sela makanan atau pakaian itu kadang-kadang terselip lembaran uang. Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini muncul di Banten. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa panjang mulud lahir pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Ada juga yang berpendapat panjang mulud bermula pada pada masa sultan Banten kedua, Maulana Yusuf (1570-1580), namun tradisi Panjang Mulud yang mulai melibatkan masyarakat secara massal baru dimulai pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Istilah atau penyebutan "Panjang" ini pun berbagai makna, ada yang menerjemahkan bentuk dari sesajian itu sendiri karena banyaknya Panjang yang ditampilkan atau bentuk kapal yang panjang, ada juga yang mengartikan karena panjangnya prosesi yang harus dilalui dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini.
Panjang ialah suatu benda yang didalamnya berisi suatu sedekah berupa lauk pauk atau sandang dan pangan atau bahkan sembako yang di bentuk menyerupai suatu bentuk misalnya masjid, kapal, pesawat terbang, rumah, binatang besar dan lain-lain. Tidak semua daerah dikota provinsi banten ini melakukan hal tersebut. Akan tetapi di kota serang dan cilegon hal ini sungguh tidak asing lagi. Ini juga yang membuat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi menarik.  Tradisi ini memberikan nilai positif dan negative. Nilai positifnya adalah Kegiatan ini bukan semata-mata untuk kesenangan atau syarat tertentu saja, akan tetapi ini adalah sebagai bentuk syukur kami kepada Nabi umat muslim tersebut dengan cara bersedekah. Dan sisi negatifnya adalah ketika membuat jalan menjadi macet, terganggunya kndaraan-kendaraan, jadi sebaiknya agar tidak memberikan kesan yang tidak baik sebaiknya dari pnggunaan jalanlah yang seharusya diperbaiki demi kenyamanan semuanya dan tidak mengganggu orang lain. Karena “panjang” yang kita buat pada akhirnya akan dibagikan keseluruh warga yang membutuhkan akan isi dari “panjang” itu sendiri. Pembuatan “panjang” dalam peringatan ini bersifat tidak wajib, artinya siapapun dapat membuat “panjang”. Hal seperti ini jugalah yang membedakan kota Cilegon/Serang dengan kota-kota lainnya khususnya di Banten.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Konsep Dasar, Tujuan, dan Fungsi Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Dasar

Filsafat ilmu dalam konteks pendidikan dasar hadir sebagai upaya untuk menanamkan benih-benih berpikir kritis dan rasional sejak usia din...