Review Novel Jukstaposisi
Menidurkan Tuhan, Memutarbalik RealitasMenidurkan tuhan. Itulah yang dilakukan oleh Calvin dalam ceritanya. Seperti subtitle “Jukstaposisi”, yakni Cerita tuhan Mati. Ia membuat tuhan tidur, membuat tuhan ‘mati’. Gagasan yang cukup eyecatching bagi saya. Apa jadinya kalau tuhan tidur? Kalau manusia tertidur, maka dalam tidurnya ia bermimpi. Apakah tuhan juga bermimpi? Seperti apa mimpi-mimpi tuhan?
Dalam “Jukstaposisi”, Calvin juga memutarbalikkan realitas. Ia memindahposisikan dunia maya dengan nyata. Nyata menjadi maya, dan maya menjadi nyata. Ashra, tokoh utama cerita, seorang gadis SMP mengira dirinya nyata, dirinya adalah manusia. Namun kenyataannya tidak. Ashra bukan manusia. Ashra bahkan tak pernah benar-benar ada dan nyata. Ia hanya bagian dari mimpi salah satu tuhan. Dunia Ashra yakni dunia manusia, dunia yang “wajar” ternyata hanyalah mimpi dari tuhan-tuhan yang tertidur. Sementara dunia tuhan itulah dunia yang nyata.
Tuhan-tuhan di dunia tuhan tertidur dan bermimpi menjadi manusia. Dunia Ashra adalah ‘produk’ dari mimpi-mimpi mereka. Dunia manusia semata mimpi tuhan yang sedang tertidur!
Perpindahan 3 Dunia
Terdapat 3 macam dunia dalam cerita “Jukstaposisi”. Calvin menggunakannya untuk mengubah-ubah sudut pandang bercerita. Dunia-dunia tersebut adalah Dunia Maya (dunia manusia), Dunia Nyata (dunia tuhan), dan Kabbalah.
Dengan dunia-dunia inilah Calvin memainkan ‘mata’ dan perhatian pembaca (baca: saya). Kalau saya tak jeli ataupun luput sedikit, saya bisa kehilangan jejak ceritanya. Siapa yang bertutur, di dunia mana tokoh tertentu sedang berada, apakah tuhan atau mimpinya tuhan. Ini penting dipahami dan direkam oleh pembaca agar tak kehilangan arah atau ‘kebolongan’.
Alur Cerita yang Belibet
Bagi Anda yang malas mengikuti alur cerita yang belibet saya tidak merekomendasikan “Jukstaposisi” untuk Anda. Tapi bagi Anda yang senang, atau setidaknya masih tertarik dan tahan untuk bersabar sambil membolak-balik lagi halaman-halaman sebelumnya untuk menyambung-nyambungkan cerita, novel ini layak Anda baca.
Belum sampai sepuluh halaman pertama “Jukstaposisi” saya sudah sedikit eneg dengan alurnya, tapi saya coba tahan dulu untuk tidak langsung menutup buku. Memasuki halaman-halaman berikutnya, saya mulai tertarik dan mencoba memahami bagaimana alur cerita ini sebenarnya. Akan tetapi, bahkan sampai separuh jalan saya masih tak dapat memahami. Bahkan, lagi, sampai saya selesai membaca pun, saya merasa masih ada bagian yang belum saya pahami dari jalinan kisah dalam “Jukstaposisi”.
99%, hanya 99% yang saya dapatkan ketika selesai membaca halaman terakhir dan menutup buku. Saya tak bisa memahami 100% maksud dan alur dari “Jukstaposisi”.
Tak, sampai saya merenung sebentar, membolak-balik halaman beberapa kali, awal dan akhir. Barulah saya mendapatkan 1% sisanya.
Siklus, Rahasia 1% Itu
Bagi Anda yang ingin mencoba membaca “Jukstaposisi”, saya ingin membocorkan rahasia memahami ceritanya hingga Anda bisa paham 100%: Siklus.
Ya, siklus. Satu kata inilah yang membantu saya memahami secara utuh sekaligus menambahkan kekaguman saya terhadap “Jukstaposisi”. Sejauh yang saya baca, belum pernah saya menemukan penulis yang menulis cerita ‘berbentuk’ siklus seperti ini. Ceritanya berputar. Alurnya berputar. Dari awal menuju akhir dan kembali lagi ke awal.
Singkatnya, saya ingin katakan: saya harap Anda penasaran.
*Awalnya, saya tertarik akan judulnya. Pertama kali saya membacanya hingga tuntas, saya msaih belum paham betul arah permasalahan dan cerita novel ini. Kata-kata yang digunakan sarat akan Tuhan, dan sejujurnya, banyak hal-hal yang tidak saya mengerti ketika membacanya. Sebentar, dahi saya berkerut, pupil mata saya membesar; tidak mengerti. Namun, ketika kedua kalinya saya membaca kembali (re-reading) novel, ini, akhirnya cakrawala pemikiran saya pun terbuka. Luar biasa. Baru kali ini saya membaca sebuah novel hingga harus dua kali untuk dapat mengerti maksud dari novel tersebut. Ketika kita membaca novel ini tidak utuh dan tidak dengan pemahaman yang sejalan, mungkin kalian akan seperti saya "sedikit pusing--mendekati gila" dibuatnya. Terlalu banyak pertanyaan yang muncul menghiasi benak saya ketika membaca novel ini. Bukan hanya pikiran, emosi dan kepercayaan kita pun diuji ketika membaca novel ini, haha. Well, sejauhg ini saya amat sangat suka. Pertama kali saya membaca novel ini ketika saya duduk dibangku SMK; kelas 2 tepatnya. Silahkan baca, persiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi "serangan" batin dan mental dari novel ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar