ASAL USUL KRAMATWATU
Hallo semuanyaa. Sore ini, saya akan memposting sebuah artikel mengenai "magic stone" tercinta, yaitu Kramatwatu. lets check this out guys! hidup magic stone! :D
Pande Gelang adalah seorang pangeran tampan dan sakti mandraguna. Suatu ketika, seluruh ilmu dan kesaktiannya dicuri oleh teman seperguruannya sendiri yang bernama Pangeran Cunihin. Dengan kesaktian tersebut, Pangeran Cunihin mengubah Pangeran Pande Gelang menjadi seorang tua karena ingin merebut kekasih Pangeran Pande Gelang yang bernama Putri Cadasari. Alkisah, di daerah Banten, ada seorang putri raja bernama Putri Arum. Wajahnya cantik nan rupawan. Kulit dan hatinya lembut selembut sutra. Tidak mengherankan jika banyak pangeran yang ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Dari sekian banyak pangeran, tersebutlah dua orang pangeran yang ingin menjalin kasih dengan sang putri. Kedua pangeran tersebut adalah Pangeran Sae Bagus Lana dan Pangeran Cunihin. Mereka teman seperguruan, namun memiliki sifat yang berbeda. Sesuai dengan nama mereka, kata Sae Bagus Lana dalam bahasa Sunda berarti laki-laki yang baik hati, sedangkan Cunihin berarti laki-laki yang suka menggoda wanita. Mengetahui perawakan kedua pangeran tersebut, maka Putri Arum memilih Pangeran Sae Bagus Lana sebagai kekasihnya.
Rupanya, Pangeran Cunihin tidak rela menerima kenyataan tersebut. Secara diam-diam, ia iri hati dan dendam terhadap Pangeran Sae Bagus Lana sehingga timbullah niatnya untuk mencuri ilmu dan kesaktian Pangeran Sae Bagus Lana agar dapat merebut Putri Arum. Alhasil, Pangeran Cunihin berhasil melaksanakan niatnya. Dengan kesaktian tersebut, ia kemudian mengubah wajah Pangeran Sae Bagus Lana menjadi seorang tua dan berkulit hitam legam.
Sementara itu, Pangeran Sae Bagus Lana yang sudah tidak berdaya datang menghadap kepada gurunya untuk meminta petunjuk. Ia pun disarankan oleh gurunya untuk membuat sebuah gelang besar yang bisa dilewati manusia. Gelang itulah yang dapat mengalahkan Pangeran Cunihin. Jika Pangeran Cunihin melewati gelang tersebut maka seluruh kesaktiannya akan lenyap dan kembali kepada Pangeran Sae Bagus.
Setelah mendengar nasehat sang guru, Pangeran Sae Bagus Lana pergi ke sebuah kampung untuk menjadi seorang pembuat gelang atau “pande gelang” tanpa sepengetahuan Putri Arum. Sejak itulah, ia pun dipanggil dengan nama Pande Gelang. Penduduk setempat akrab memanggilnya Ki Pande.
Suatu hari, ketika melintas di Bukit Manggis, Pande Gelang melihat seorang gadis cantik duduk termenung seorang diri. Rupanya, gadis itu tidak asing lagi baginya. Ia adalah Putri Arum yang sedang bersedih karena tidak ingin menikah dengan Pangeran Cunihin yang terkenal kejam dan bengis itu. Meskipun ia tahu kalau gadis itu kekasihnya, Pangeran Sae Bagus Lana tidak ingin membongkar penyamarannya agar sang kekasih tidak bertambah sedih. Lalu ia mendekati Putri Cadasari dan menanyakan alasan Putri sedang duduk termenung. Putri tidak menanggapi pertanyaan dari pangeran yang berubah menjadi kakek tua namun setelah kakek tua itu pergi, lalu Putri memanggilnya kembali dan bersedia menceritakan masalah yang sedang ia hadapi tentang Pangeran Cunihin yang ingin menikahinya namun sang Putri tidak ingin menikah karena sifat pangeran Cunihin yang bengis dan kejam. Kakek tua itu member saran kepada putrid agar mau menikah dengan Pangeran Cunihin dengan memenuhi syarat yang harus dipenuhi.
Mendengar seluruh penjelasan Pande Gelang, maka semakin yakinlah sang putri untuk menerima saran tersebut. Setelah itu, Pande Gelang kemudian mengajak Putri Arum ke tempat tinggalnya untuk mengatur siasat. Perjalanan menuju ke tempat tinggal Pande Gelang ternyata cukup jauh dan melelahkan sehingga membuat Putri Arum jatuh pingsan di atas sebuah batu cadas saat akan tiba di kampung Pande Gelang. Mengetahui hal itu, penduduk kampung segera membantu Pande Gelang membawa Putri Arum ke salah satu rumah penduduk yang terdekat. Mereka pun merawat sang putri dengan penuh kasih sayang. Menurut tetua kampung, sang putri akan segera pulih jika ia meminum air gunung yang memancar melalui batu cadas itu.
Alhasil, setelah meminum air dari batu cadas tersebut, Putri Arum kembali sehat. Sejak itulah, penduduk kampung memanggil Putri Arum dengan sebutan Putri Cadasari. Setelah itu, sang putri segera mengatur siasat bersama Pande Gelang untuk mengelabui Pengeran Cunihin.
Keesokan harinya, Putri Cadasari kembali ke istana dengan diantar oleh beberapa penduduk kampung. Sementara itu, Pande Gelang sibuk membuat sebuah gelang besar untuk dikalungkan pada batu keramat.
Pada hari yang telah ditentukan, datanglah Pangeran Cunihin mengajak Putri Arum untuk menikah dengannya. Putri Arum pun mengajukan syarat sebagaimana yang disarankan oleh Pande Gelang.
Pada hari yang telah ditentukan, datanglah Pangeran Cunihin mengajak Putri Arum untuk menikah dengannya. Putri Arum pun mengajukan syarat sebagaimana yang disarankan oleh Pande Gelang.
“Kamu boleh menikahiku, tapi dengan satu syarat kamu harus membawa batu cadas ke pantai lalu melubanginya,” jelas Putri Arum.
“Ha, sungguh mudah syaratmu itu Tuan Putri. Tapi, apa maksud dari syaratmu itu?” tanya Pangeran Cunihin.
“Batu keramat itu untuk bulan madu kita Pangeran. Kita bisa duduk di atas batu itu sambil menikmati indahnya pemandangan laut. Bukankah itu sangat menyenangkan Pangeran?” jelas Putri Cadasari.
“Oh, sungguh bulan madu yang menyenangkan. Tuan Putri memang seorang putri yang romantis,” puji Pangeran Cunihin.
Tanpa perasaan curiga lagi, Pangeran Cunihin segera melaksanakan syarat itu. Dalam waktu tiga hari, ia berhasil menemukan batu keramat yang disyaratkan dan kemudian membawanya ke sebuah pantai yang indah. Setelah berhasil melubangi batu keramat itu, Pangeran Cunihin segera ke istana untuk menjemput Putri Cadasari.
Sementara itu, Pande Gelang yang sejak tadi bersembunyi di balik semak-semak mengamati semua tingkah laku Pangeran Cunihin, tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera memasang gelang besar pada batu keramat yang berlubang itu. Namun, ketika ia hendak kembali ke tempat persembunyiannya, tanpa diduganya Pangeran Cunihin telah kembali bersama Putri Cadasari.
“Hai, tua bangka! Apa yang kamu lakukan di sini?” bentak Pangeran Cunihin.
“Saya datang kemari untuk merebut kembali kesaktian dan Puti Arum yang kamu rampas dariku,” kata Pande Gelang.
“Hai, bukankah aku pernah mengatakan bahwa kamu tidak pantas menjadi pemenang. Lihatlah sang putri telah menjadi milikku untuk selamanya, hahaha…!” ujar Pangeran Cunihin seraya tertawa terbahak-bahak.
Putri Cadasari sungguh heran mendengar pembicaraan kedua orang itu. Sepertinya mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Baru saja ia hendak menanyakan hal itu kepada mereka, tiba-tiba Pengeran Cunihin menarik tangannya untuk melihat batu keramat yang telah dilubanginya itu.
“Lihatlah, wahai Tuan Putri! Keinginan Tuan Putri terlah terwujud. Sungguh sebuah tempat yang indah dan romantis untuk bulan madu kita,” kata Pangeran Cunihin.
Dengan sikap tenang, Putri Cadasari mencoba untuk menunjukkan kegembiraannya seraya menjalankan siasat yang telah diatur bersama Pande Gelang.
“Maaf, Pangeran. Barangkali saya terlalu gembira sehingga tidak bisa melihat lubang pada batu keramat ini. Sudikah Pangeran membuktikan bahwa batu ini telah berlubang?” pinta Putri Cadasari.
Tanpa berpikir panjang, Pangeran Cunihin segera berjalan melewati lubang pada batu keramat. Baru beberapa langkah ia berjalan di dalam lubang batu itu, tiba-tiba seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia pun berteriak keras karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit. Begitu ia selesai melewati lubang itu, seluruh kekuatannya hilang sehingga ia hanya bisa duduk lemas tak berdaya. Beberapa saat kemudian, ia pun berubah menjadi seorang tua renta seolah telah melewati lorong waktu yang begitu panjang.
Pada saat yang bersamaan, Pande Gelang merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir masuk ke dalam tubuhnya. Akhirnya, seluruh ilmu dan kesaktiannya kembali seperti semula. Wajahnya pun kembali seperti sediakala, yaitu wajah seorang pangeran yang tampan.
Putri Cadasari seolah-olah tidak percaya menyaksikan peristiwa ajaib itu. Ia baru sadar bahwa ternyata lelaki paruh baya yang telah menolongnya itu adalah kekasihnya sendiri, Pangeran Sae Bagus Lana.
“Akang, bagaimana semua ini bisa terjadi?” tanya Putri Cadasari dengan heran.
Pangeran Pande Gelang pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya mulai dari peristiwa Pangeran Cunihin mencuri kesaktiannya hingga peristiwa ajaib itu terjadi. Mendengar cerita itu, barulah sang putri sadar bahwa wangsit yang ia terima memang benar adanya. Akhirnya, mereka pun meninggalkan batu keramat itu. Beberapa waktu kemudian, mereka menikah dan hidup bahagia.
Demikian cerita legenda Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari dari daerah Pandeglang, Banten, Indonesia. Hingga saat ini, tempat Pangeran Cunihin mengambil batu keramat dikenal dengan nama Kramatwatu, sedangkan pesisir pantai tempat di mana batu keramat yang berlubang itu berada dikenal dengan Karang Bolong. Sementara itu, tempat sang putri melaksanakan wangsit di Bukit Manggis dikenal dengan Kampung Pasir Manggu. Kata manggu yang berasal dari bahasa Sunda berarti Manggis, sedangkan kata pasir berarti bukit. Selanjutnya, tempat Putri Cadasari pingsan kini bernama Cadasari di daerah Pandeglang. Sementara itu, tempat Pangeran Pande Gelang membuat gelang dikenal dengan nama Pandeglang.
Adapun pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas bahwa sifat iri hati akan membuat seseorang melakukan perbuatan jahat seperti Pangeran Cunihin. Oleh karena sifat iri hati dan dengki, ia tega melakukan perbuatan apa saja, bahkan menghianati temannya sendiri. Akibatnya, seluruh kesaktian Pangeran Cunihin hilang dan berubah menjadi seorang tua renta yang tak berdaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar