Sabtu, 31 Oktober 2015

Idealisme VS Realita

IDEALISME VS REALITA
 
Berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki.
Dilema, ya, itulah kata yang menurut saya akan dirasakan ketika seorang yang idealis bertemu realita kehidupan. Seorang mahasiswa yang dikenal memiliki idealisme yang tinggi seringkali menghadapi kesulitan ketika sudah lepas dari status mahasiswanya, ketika harus mulai menjalani realita kehidupan yang ternyata jauh dari bayangan seorang idealis. Seringkali realita kehidupan menuntut seseorang untuk mengecilkan idealismenya, atau malah terpaksa tunduk pada realitas dan meninggalkan semua keidealisan yang pernah dibanggakannya. Hingga ada yang mengatakan bahwa seorang mahasiswa yang idealis itu nantinya ketika sudah masuk kedalam realita, ia juga tidak berbeda dengan yang lainnya. Yang lebih parah adalah ketika idelisme bertemu dengan realitas, tidak hanya idelisme yang runtuh, bahkan diri kita pun bisa ikut hancur. Atau sebaliknya ketika idelisme dipaksa mengalahkan realitas, justru juga akan menghancurkan kita.
Apakah memang harus seperti itu? Apakah kita harus menanggalkan idealisme kita demi memenuhi hasrat realita? Jika benar seperti itu, kapan perubahan untuk menjadi lebih baik akan terjadi? Jika semua tunduk takluk pada realita yang terus mengakar mengokohkan namanya menjadi karakter dan budaya bangsa. Haruskah membiarkan realita yang buruk menjadi wajah dari bangsa kita?
Pertanyaan ini sempat muncul ketika saya masih menjadi mahasiswa tingkat pertengahan. Pertanyaan yang membuat saya berfikir bahwa tidak ada gunanya mahasiswa bersifat idelis. Walaupun saya juga merasa tidak menjadi idealnya seorang idelis, saya tidak ingin membuang idealisme yang menjadi jalan lurus untuk hidup dengan tenang. Idealisme yang berpegang pada kebenaran. Akankah nantinya idelisme itu hanya menjadi cerita gurauan para orang tua saat mengenang masa-masanya menjadi mahasiswa?
Suatu hari saya berdiskusi dengan sahabat saya tentang pandangan orang terhadap idealisme mahasiswa yang nantinya, kata mereka, akan pudar ketika bertemu realitas. Dia menyampaikan—dari hasil bacaanya di sebuah buku—bahwa ketika idelisme berhadapan dengan realitas, dua hal ini tidak boleh dibenturkan. Walaupun dua hal ini saling bertentangan satu sama lain, ketika kita memaksa untuk membenturkan mereka, maka salah satu akan kalah dan meninggalkan kita. Dalam dunia nyata, seringkali idealismelah yang kalah ketika bertarung melawan realitas. Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghindari hal itu? Ketika kita harus berhadapan langsung dengan realitas, tanpa harus membenturkannya dengan idealisme apalagi meruntuhkan idealisme kita.
Yang kita lakukan adalah memunculkan optimisme, ya, optimisme yang akan melerai pertengkaran antara idealisme dan realitas. Optimisme yang akan membuat idealisme itu tetap bertahan di tengah serangan realitas.
Optimisme ini adalah keyakinan bahwa idealisme yang benar harus dipertahankan. Sementara perlahan-lahan berusaha mempengaruhi realita. Ketika optimisme ini sudah muncul maka selama ada celah untuk idelisme, dia akan tetap masuk tanpa harus berseteru dengan realita. Walaupun harus ada gesekan antara keduanya, tapi tidak membuat idealisme atau diri kita hancur. Pertahankan optimisme itu agar dapat terus hadir dan berdiri tegak hingga pengaruhnya tidak terbendung lagi.
Semoga orang-orang yang masih memiliki idelisme saat ini bisa bertahan dengan back up dari optimisme, optimisme yang akan membawa generasi ini kepada masa depan yang cerah, yang berani menatap kedepan dan mengatakan tidak pada keburukan realitas yang dapat menggerogoti setiap sisi kehidupan. Percayalah, idelisme itu bisa bertahan! Optimis.
Pesan: Mari berjalan di jalan kebenaran, karena di jalan itu—walaupun sering terasa berat dan sulit—pertolongan Tuhan selalu menyertai kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PAT MATA PELAJARAN IPA (PENILAIAN AKHIR TAHUN) KELAS VI BY QUIZIZZ

Assalamualaikum anak-anak, bagaimana kabarnya hari ini? semoga selalu dalam keadaan sehat, ya. Karena sudah memasuki waktu PAT, kali ini Ib...